Rabu, 27 Mei 2009

DOA SEBAGAI TANGGA UNTUK MENGETAHUI DIRI SENDIRI

Bila saya berpikir tentang doa, saya berpikir tentang diri saya terangkat ke atas. Salah satu saat yang patut dikenang ialah ketika saya mendoa untuk memperoleh penyembuhan dalam perjuangan yang sangat berat.Saya telah memahami bahwa doa menyangkut kesediaan untuk memberikan pandangan saya diangkat ke atas, yang pada gilirannya menyanggupkan saya melihat keadaan dengan kacamata yang berbeda. Doa secara mental dapat disamakan dengan lift yang berdinding kaca. Ketika lift bergerak naik, terungkaplah pemandangan yang lebih luas akan panorama dibawah, pemandangan yang menyeluruh akan lingkungan sekelilingnya. Demikian pula Doa dapat mengangkat pikiran di atas persepsi kita sendiri yang terbatas dan membentangkan pandangan-pandangan baru yang lebih luas tentang diri kita sendiri. Namun kita harus masuk kedalam lift dan menekan tombol. Hal itu mungkin dengan merenungkan ayat-ayat kitab suci, atau hal itu mungkin dengan melafalkan doa yang sudah lama kita kenal. Namun bagaimanapun doa diawali, menurut pengalaman saya hal itu sering menyangkut penyerahan diri secara sadar – untuk membiarkan diri saya terangkat.Penyerahan diri adalah sesuatu yang kontroversial untuk dijelaskan. Pada satu sisi hal itu dapat mengandung arti mengaku kalah atau dimanfaatkan. Namun dalam hal ini terkandung arti kesediaan dan bukan kemauan buta. Penyerahan diri berarti siap untuk menerima pandangan baru tentang diri kita sendiri. Membiarkan lift mengangkat kita.Pada pengalaman diatas, saya mendambakan untuk merasakan kehadiran TUHAN, terutama kasih TUHAN. Saya bertanya kepada diri saya sendiri. “Bagaimanakah rasanya merasakan kehadiran TUHAN?” Jika TUHAN adalah sumber kebaikan, merasakan kebaikan ini pastilah sesuatu yang sangat menyenangkan. Rasa hangatkah itu? Rasa nyamankah itu? Bagaimana saya mengenalinya?Pada saat itu saya menjadi tenang sekali dan siap membiarkan diri saya merasakan bahwa TUHAN mengasihi saya. Dengan setulus-tulus hati saya bersedia membuka pikiran saya. Ketenangan pikiran ini menghasilkan keheningan yang dalam. Saya merasa kasih TUHAN dengan cara yang nyata. Saya merasa di dekap dengan mesra. Saya merasa bagaikan berada dalam rahim ibu – hangat, terpelihara, aman. Rahim akan doa ini melahirkan pandangan yang segar tentang diri saya, bebas dan tak gentar. Ini merupakan langkah kemajuan yang besar dan saya merasakan damai yang belum pernah saya rasakan, yang meringankan perjuangan yang pernah saya jalani dan menyanggupkan saya untuk bergerak maju dengan bebas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar